Rabu, 22 April 2015

Kontek Kraton dan Makam dalam Pengaruh Kebudayaan Islam

A.  Kraton
Kraton berasal dari ke-ratu-an, merupakan tempat tinggal raja dan keluarganya. Kraton di beberapa daerah disebut juga kedaton yang memiliki makna yang sama. Sebagai suatu karya arsitektur, kraton merupakan lambang kekuasaan dan kewibawaan kerajaan, sekaligus sebagai lambang kewibawaan seorang raja. Hal ini tampak dari pembangunan kraton yang selalu didasarkan pada pemikiran yang serba religius magis dan kosmologis. Dalam rangka untuk mencapai keselarasan maka seorang raja selalu menyusun kerajaannya sesuai dengan kondisi jagat raya atau Makrokosmo. Sehubungan dengan hal tersebut, maka sebuah Kerajaan Islam selalu memiliki ciri yang hampir sama, yakni adanya alun-alun(Utara-Selatan), adanya Masjid disebelah Barat alun-alun, Pasar di Utara alun-alun, dan pemukiman-pemukiman Islam di daerah sekitar kraton.
            Pembagian ruang Kraton mengikuti susunan Gunung Mahameru, yaitu pusat kraton, disebut dengan istilah Dalem Agung dan Dalem Arum. Didaerah luar lingkungan dalem agung disebut dengan Negaragung(Negara Agung). Daerah luar Negara Agung adalah  wilayah Mancanegara. Di luar Manca Negara terdapat wilayah yang disebut tanah sebrang, yang artinya daerah yang secara administrasi maupun birokrasinya sudah berada di wilayah lain. Sebenarnya masih ada satu wilayah lagi yaitu pasisiran, yaitu suatu wilayah dari sebuah kerajaan yang letaknya diluar manca negara terletak di tepi pantai.

B.  Makam
Istilah makam, seing disamakn dengan kuburan. Kedua istilah ini memiliki makna dan pengertian yang hampir sama, akan tetapi apabila diperhatikan asal katanya maka memiliki pengertian yang berbeda. Makam, berasal dari qamma, yang berarti telah berdiri atau telah mendirikan. Sedangkan kuburan berasal dari kata qabara(telah mengubur). Maqbaratum=kuburan; dan maqaabirun=kuburan-kuburan.
Pengaruh nyata dari budaya Islam terhadap sistem penguburan adalah dibangunnya Jirat dan Nisan. Tradisi pembangunan atau pengabdian dari tokoh yang dimakamkan ini pertama kali dapat dilihat pada makam Siti Fatimah binti Maimun Leran, yang pada nisannya tertulis angka tahun 1082 M. Penguburan jenasah ini sudah di kenal sejak jaman prasejarah di Indonesia, tetapi penguburan yang disertai dengan jirat dan nisan sebagai tanda pengabadian baru muncul sejak pengaruh Islam datang di Indonesia.

Suatu hal yang penting dalam sistem pemakaman dalam tradisi Islam adalah dibangunnya cungkub pada makam-makam orang tertentu seperti misalnya makam para raja, wali dan tokoh masyarakat lainnya. Mengenal bangunan cungkub ini bentuknya berbeda-beda, dan sangat tergantung pada budaya setempat. Di Jawa, cungkub bentuknya menyerupai rumah biasa yang dibangun diatas jirat. Sedangkan cungkub di Sulawesi Selatan yang dikenal dengan istilah kubang, bentuknya menyerupai jirat, tetapi disusun menjulang, sehingga banyak yang menyebutnya sebagai jirat semu. Hal yang sama juga terlihat dari bangunan nisan, yang bentuknya sangat dipengaruhi oleh bentuk-bentuk lokal.

0 komentar:

Posting Komentar