Karakteristik DIS dan DIY(Journalistik)

Daerah Istimewa Surakarta (DIS) dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dinilai memiliki perbedaan mendasar bagaikan langit dengan bumi. Pada masa kemerdekaan, terdapat penyatuan antara rakyat dengan penguasa Kasultanan Yogyakarta, sementara hal itu tidak terjadi di Kasunanan Surakarta.

Kontek Keraton dan makam dalam pengaruh budaya Islam

Kraton berasal dari ke-ratu-an, merupakan tempat tinggal raja dan keluarganya. Kraton di beberapa daerah disebut juga kedaton yang memiliki makna yang sama. Sebagai suatu karya arsitektur, kraton merupakan lambang kekuasaan dan kewibawaan kerajaan, sekaligus sebagai lambang kewibawaan seorang raja.

Kilas Singkat Penyebaran Bangsa -Bangsa di Daratan Asia Tenggara

Bangsa-bangsa di Asia Tenggara terdiri dari empat kelompok besar, yaitu Sino Tibet, Austrio Asia, Austronesia, dan Papua. Kelompok Sino Tibet terdiri dari bangsa Birma (Myanmar), Thai dan Cina. Bangsa Birma adalah penduduk utama atau bangsa pokok di Myanmar.

Pengabdian sang Abdi Dalem Keraton (Yogyakarta)

Sebelumnya perlu diketahui Abdi Dalem merupakan orang yang mengabdikan dirinya kepada keraton dan raja dengan segala aturan yang ada. Abdi dalem berasal dari kata "abdi" yang merupakan kata dasar dari mengabdi dan “dalem” yang artinya internal.

Jumat, 15 Mei 2015

Kilas Singkat Penyebaran Bangsa -Bangsa di Daratan Asia Tenggara


Bangsa-bangsa di Asia Tenggara terdiri dari empat kelompok besar, yaitu Sino Tibet, Austrio Asia, Austronesia, dan Papua. Kelompok Sino Tibet terdiri dari bangsa Birma (Myanmar), Thai dan Cina. Bangsa Birma adalah penduduk utama atau bangsa pokok di Myanmar. Bangsa Thai adalah bangsa pokok di Muangthai. Suku-suku atau bangsa yang termasuk bangsa Thai adalah suku Shan (di Myanmar timur), bangsa Ai Lao yang menjadi bangsa pokok di Laos dan bangsa annam yang menjadi bangsa pokok di Laos dan bangsa Annam yang menjadi penduduk atau bangsa pokok di Vietnam.

Bangsa Cina adalah migrasi dari negeri Cina, di Asia Tenggara tersebar dimana-mana terutama di Singapura, Muangthai, Malaysia, dan Indonesia. Sebelum menjadi bangsa Austro Asia dan Austronesia, keduanya bersatu sebagai orang Yunan (yang berada du daerah antara Vietnam dan Cina). Bangsa Yunan menyebar menjadi bangsa Austro Asia dan Austronesia. Bangsa Austro Asia membentuk bangsa-bangsa di daratan Asia Tenggara, yaitu menjadi bangsa khmer yang menjadi bangsa pokok di Kamboja dan Mon (suku minoritas di Myanmar). Sementara itu bangsa Austronesia (Melayu Polynesia) menjadi bangsa pokok di Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Brunei Darussalam.

Di antara Bangsa-bangsa pokok itu, terjadilah percampuran khusus, sehingga melahirkan suku-suku minoritas, yakni terdapat di :
  • Pegunungan antara Mekong dan pantai Vietnam, yaitu suku-suku Moi, Mau, dan Meo.
  • Pegunungan Birma, yaitu suku Karen (timur laut), Kochin (sebelah utara), Chin ( Perbatasan dengan India)
  • Di bagian barat Myanmar juga ada pendatang minoritas dari India, yaitu Ronghinya (yang beragama Islam).
(Asia Tenggara Zaman Pranasionalisme/A.K Wiharyanto)

Senin, 04 Mei 2015

Penyebaran Pengaruh Cina Di Asia Tenggara


Pengaruh Cina ke Asia Tenggara ada yang lewat darat dan ada yang lewat laut. Pengaruh Cina di Asia Tenggara Daratan terutama terjadi pada bangsa Vietnam. Setiap kali dinasti Cina mengalami kejayaan, maka Vietnam menjadi jajahan Cina. Sebaliknya jika dinasti Cina merosot, maka Vietnam berjuang membebaskan diri dari kekuasaan Cina. Itulah sebabnya Vietnam termasuk wilayah Indocina, yaitu daerah yang dipengaruhi budaya India dan Cina. Khusus untuk Vietnam, pengaruh Cina menjadi dominan.

Karena penduduk pantai timur sangat padat, banyak orang-orang Cina mencari mata pencaharian ke luar Cina, terutama ke Asia Tenggara. Akibat petualanganCina ini, maka banyak orang-orang Cina yang bermukim di Asia Tenggara, terutama Asia Tenggara kepulauan seperti di Singapura, Malaysia, Indonesia dan Filipina.

Jumlah orang-orang Cina di Singapura lebih besar dari ras lainnya sehingga pulau itu didominasi oleh orang-orang Cina. Sementara itu jumlah orang Cina di Malaysia hampir seimbang dengan orang-orang Melayu. Walaupun mendominasi perekonomian Malaysia, tetapi orang-orang Cina di Malaysia tidak bisa ikut memerintah ( konsensus nasional). Sedangkan orang Cina di Indonesia hanya minoritas tetapi mendominasi perekonomian Indonesia.

(Asia Tenggara Zaman Pranasionalisme/ A.K Wiharyanto)

Keterkaitan Daerah Istimewa Surakarta dan Daerah Istimewa Yogyakarta (Jurnalistik)

SOLO - Daerah Istimewa Surakarta (DIS) dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dinilai memiliki perbedaan mendasar bagaikan langit dengan bumi. Pada masa kemerdekaan, terdapat penyatuan antara rakyat dengan penguasa Kasultanan Yogyakarta, sementara hal itu tidak terjadi di Kasunanan Surakarta.

Pengamat budaya dari Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS), Solo, Jawa Tengah, Tunjung W Sutirto, membeberkan, kondisi saat kerajaan di tanah Jawa masih memegang kendali pemerintahan, di tengah upaya Republik Indonesia merebut dan mempertahankan kemerdekaan.

Kasultanan Yogyakarta dinilai lebih jeli memanfaatkan situasi dan kondisi saat itu. Sosok Hamengku Buwono (HB) IX yang tenang dan kharismatik, dan pihak Keraton Pakualaman mampu membaca peta politik ke depan.

"Beliau (HB IX dan Paku Alam) aristokrat kultural itu bisa menyatu dengan masyarakatnya. Sehingga pada suatu momentum yang ditulis dalam sejarah kisah heroisme dari pihak kasultanan dan masyarakatnya bersatu untuk mempertahankan dan memperjuangkan kemerdekaannya," jelas Tunjung.

Keraton Surakarta
Saat itu, Kasultanan Yogyakarta sebagai penguasa wilayah dianggap mampu memberikan jaminan keamanan penuh yang didukung oleh seluruh masyarakatnya. Maka tidak heran jika Yogyakarta terpilih menjadi Ibu Kota Sementara Republik Indonesia saat negara  dalam keadaan darurat atau bahaya.

Namun kondisi tersebut tidak ditemukan di Solo. Institusi keraton di mana raja sebagai penguasa baik di Kasunanan Surakarta maupun di Pura Mangkunegaran, tidak memiliki peran seperti di wilayah Yogyakarta.

"Sehingga ada karena perbedaan antara aristokrat kultural dengan masyarakat Solo. Pihak keraton tidak bisa merangkul masyarakatnya. Kemudian muncullah, gerakan anti-kerajaan, anti-feodalisme, anti-kolonalisme dan sebagainya," paparnya.

Dia menambahkan, di Surakarta justru terjadi penuh konflik. Apalagi dalam konstelasi politik tanah air pada waktu itu Surakarta menjadi Wild West yang diciptakan menjadi suatu daerah penuh huru-hara. Daerah Wild Westmemang sengaja diciptkan agar masyarakat tidak kembali lagi ke dalam suatu sistem swapraja (memiliki pemerintahan sendiri).

"DIS dan DIY sangat jauh. Sekali pun kita tidak menutup mata jika keraton juga sangat berperan besar dalam menjaga kemerdekaan, dengan memberikan aset keraton termasuk prajuritnya diserahkan untuk mempertahankan kemerdekaan. Namun karena persoalan ketatanegaraan antara Kasunanan dan Mangkunegaran yang tidak bisa cair, membuat dua institusi aristokrat kultural itu kehilangan DIS sampai sekarang," pungkasnya.

Sabtu, 02 Mei 2015

MEDAN SEJARAH ASIA TENGGARA

Wilayah Asia Tenggara  terdiri dari Asia Tenggara Daratan dan Asia Tenggara Kepulauan. Asia Tenggara Daratan terdiri dari Myanmar, Thailand, Laos, Kamboja dan Vietnam. Sedangkan Asia Tenggara Kepulauan terdiri dari Indonesia, Filipina, Singapura, dan Brunei Darussalam. Sementaraitu Malaysia termasuk Asia Tenggara Daratan tetapi juga masuk wilayah Asia Tenggara Kepulauan. Hal ini disebabkan karena negeri itu memiliki wilayah Asia Tenggara Kepulauan (Malaysia Timur/Sabah dan Serawak).

Pembentukan Asia Tenggara Daratan dan Asia Tenggara Kepulauan berlangsung pada masa Paleolithikum. Sebelumnya, Asia Tenggara Daratan dan Asia Tenggara Kepulauan itu bersatu. Hal ini dapat dilihat adanya sungai-sungai di Jawa Barat, Sumatera bagiuan timur dan Kalimantan Barat yang bermuara di Laut Cina Selatan, serta adanya persamaan flora dan fauna antara Asia Tenggara Daratan dan Asia Tenggara Kepulauan. Namun setelah masa Palelithikum maka es kutub mencair dan permukaan laut naik sehingga sebagian Asia Tenggara tergenang air laut, maka muncullah Asia Tenggara Kepulauan. Sejak itu bentuk Asia Tenggara berubah menjadi Asia Tenggara Daratan dan Asia Tenggara Kepulauan.

Asia Tenggara Daratan dan Asia Tenggara Kepulauan saling dihubungkan oleh lautan-lautan atau selat-selat penting. Selat Malaka dan Selat Sunda sebagai pintu gerbang utama di sebelah barat. Sedang Laut Cina Selatan, Laut Jawa, Laut Maluku, dan Laut Sulu sebagai daerah-daerah perairan pokok yang menghubungkan Asia Tenggara Daratan dan Asia Tenggara Kepulauan , serta penghubung antar pulau di Asia Tenggara Kepulauan.

Jika dilihat dari keseluruhannya, tampaklah betapa pentingnya daerah perairan antara Taiwan (Formusa) dengan kepulauan Indonesia. Tampak pula bahwa urat nadi Asia Tenggara itu terdiri dari Selat Malaka, Selat Sunda, Laut Cina Selatan, merupakan jalan perdagangan international sejak sebelum kedatangan orang-orang Cina maupun India.

Sedangkan mengenai posisi Laut Dalam seperti Laut Jawa dan Laut Maluku, ternyata merupakan laut penghubung antar pulau sehingga pulau-pulau yang mengelilinginya sebagai suatu kesatuan hidup. Karena itu, masuk akal juga bahwa Laut Jawa oleh Prof. Moh. Yamin disebut juga Laut Nusantara, sebab sebagai daerah penghubung penting antar kepulauan Indonesia.

Sebenarnyha Asia TenggaraDaratan dan Asia Tenggara Kepulauan itu juga merupakan suatu kesatuan hidup. Bangsa-bangsa di Asia Tenggara Daratan berulang-ulang bergolak karena tekanan-tekanan serta serangan-serangan bangsa-bangsa ganas atau bangsa barbar (nomad) dan Awsia Tengah. Dalam masa Pergolakan itu, bangsa-bangsa yang mendiangi Asia Tenggara Daratanbergeser ke arah selatan dan terjadilah perpindahan bangsa-bangsa secara besar-besaran dari utara ke selatan.

Gerak utara-selatan itu dapat ditemukan dalam sejarah umat manusia di Asia Tenggara, yaitu:
  • Perpindahan bangsa-bangsa Austronesia pada umumnya kepulauan daerah selatan Asia.
  • Perpindahan bangsa Indonesia dari Yunan ke kepulauan Indonesia.
  • Desakan-desakan bangsa Birma di Myanmar, bangsa Thai dari utara ke Malaysia.
  • Perpindahan bangsa Cina ke Asia Tenggara Daratan maupun ke Asia Tenggara Kepulauan
Berdasarkan bukti-bukti tersebut, jelas bahwa arah migrasi bangsa-bangsa ke arah selatan itu, bermuara di Indonesia sebagai daerah tepi dari pada Asia Tenggara, seolah-olah menjadi ujung perantauan bangsa-bangsa dari utara sehingga warna kulitnya beraneka ragam (dominan coklat). seperti halnya Amerika Serikat, tempat pelarian bangsa-bangsa, tetapi dapat bersatu, demikian juga Indonesia. namun Indonesia lebih majemuk, sehingga kondusif untuk pecah, karena itu warganya selalu berusaha menjaga persatuan dan kesatuan.
(Asia Tenggara Zaman Pranasionalisme/ A. K Wiharyanto)

Kamis, 30 April 2015

ASAL MULA TANAM PAKSA DAN DAMPAK TANAM PAKSA BAGI BELANDA DAN BAGI PRIBUMI

Perang Diponegoro telah usai. Perang ini menelan biaya puluhan juta gulden. Nlai uang jatuh. Javasche Bank – sebuah bank sirkulasi, didirikan berdasarkan Putusan Kerajaan tertanggal 31 Januari 1827, sebagai akibat dari perombakan ketatauangan, menghadapi kebangkrutan.

Pada tahun 1830 muncullah ke hadapan Raja Belanda seorang pensiunan Komisaris Jenderal Hinda Barat untuk mempersempahkan rencana-rencana memulihkan keadaan keuangan Hindia Belanda, yaitu Cultuurstelsel. Katanya, “Orang Jawa itu tidak boleh dibebani pekerjaan baru, yang tidak mereka sukai, sedang Cultuurstelsel itu pun tidak boleh dilaksanakan, selama dia tidak dikehendaki oeh penduduk.” Raja Belanda, Willem, menerima rencana orang itu. Orang itu bernama Johannes van den Bosch. Dengan diterimanya rencana itu Menteri Jajahan, Elout, mengundurkan diri. Gubernur Jenderal Bus diturunkan, digantikan van den Bosch.

http://brainly.co.id/tugas/800529
Bosch datang, menduduki takhta Gubernur Jenderal, dipadamkannya oposisi dalam Raad Hindia dengan jalan mengirimkan mereka ke daerah-daerah Jawa Tengah yang baru saja jatuh ke tangan Hindia Beland karena kekalahan Diponegoro. Dengan demikian muncullah van den Bosch sebagai Gubernur Jenderal paling berkuasa dalam sejarah Hindia Belanda. Van den Bosch tak menyia-nyiakan kepercayaan rajanya. Dengan tangan besi mulai melaksanakan rencana-rencananya dengan lebih keras menghiap kekayaan bumi dan tenaga manusia Pribumi, dengan lebih keji menyurutkan harga manusia Pribumi.

Menurut rencananya, penduduk bila menghendaki, boleh menanami seperlima dari tanahnya dengan tanaman-tanaman yang dikehendaki oleh Gubernemen: nila, gula, kopi, dan tembakau. Sedang hasilnya dapat diserahkan kepada pemerintah dengan “harga pasar”. Di samping itu tanah yang ditanami dengan tanaman yang dikehendaki itu dibebaskan dari pajak bumi. Jadi menurut teori van den Bosch, bukan saja Hindia Belanda dapat memperbaiki dan meningkatkan ekspor hasil bumi yang telah merosot sebelum Diponegoro mengangkat senjata, juga penduduk dikurangi wajib pajaknya, ditambah dengan sumber penghasilan baru. Para petani yang masih ragu-ragu boleh tidak melaksanakan kehendak pemerintah. Sepintas indah didengar, apalagi menurut pengumuman resmi “lebih baik tidak menerima hasil bumi daripada hasil itu didapatkan dengan siksaan-siksaan kewajiban-kewajiban atas penduduk, yang mana kami berhutang kepadanya.” Tapi mendadak muncul peraturan: barangsiapa tidak punya tanah, harus kerja di perkebunan-perkebunan pemerintah selama 66 hari dalam setahun!

Van den Bosch tanpa malu-malu mulai mengobrak-abrik penduduk desa yang baru saja dapat tidur dan kerja dengan aman setelah padamnya Perang Jawa. Lebih dari seperlima sawah rakyat harus ditanami tebu, atau kopi, atau nila, atau kayu manis, atau lada, atau kapas – hasil bumi koloial untuk membuat Belanda tiada terkalahkan di pasar dunia. Para petani harus tanam tanaman-tanaman yang dikehendaki pemerintah, harus urus di tanah garapannya sendiri, buat musuhnya sendiri, ditambah harus bayar pajak bumi, kerja tanpa upah, dengan “harga pasar” bagi hasil buminya yang telah ditentukan oleh pegawai-pegawai korup. Ditambah lagi dengan wajib angkut hasil bumi tersebut ke tempat-tempat yang telah ditentukan juga tanpa upah. Dan ditambah lagi dengan 66 hari dalam setahun rakyat harus kerja gratis buat musuhnya di perkebunan pemerintah. Kapal-kapal N.H.M. mengangkut hasil bumi Jawa itu ke Nederland, membanjiri paar Amsterdam. Sedang “keuntungannya dibagi secara adil antara maskapai-maskapai besar ini dengan Sri Baginda Raja.” (dari Dr. H.J. de Graaf: Geschiedenis van Indonesiè) Keuntungan-keuntungan dari Cultuurstelsel setiap tahunnya merupakan hadiah Sinterklas dari beberapa juta gulden, sampai-sampai Menteri Jajahan Baud menamakan Jawa sebagai “gabus tempat Nederland berapung”.

Perbudakan yang oleh Raffles dihapus, dalam situasi baru dihidupkan lagi. Cultuurstelsel yang indah akhirnya justru menjadi Tanampaksa. Petani-petani Jawa akhirnya tidak sempat menggarap tanahnya sendiri. Tapi pajak tetap harus dibayar.

Hanya 5 tahun setalah padamnya Perang Diponegoro, Tanampaksa disuburkan oleh keringat, tangisan, dan arah Pribumi, sampai di Nederland segera berubah menjadi air madu sorga, menggerakkan kembali perdagangan, pelayaran, dan industri yang hampir beku. Sampai dengan 1877, Tanampaksa mengalirkan kelebihan anggaran ke Nederland mencapai 800 juta gulden.

Dengan adanya tanampaksa, Jawa menjadi sebuah kekuatan dunia di lapangan ekonomi di pasar Eropa, cuma di tangan Belanda.

Rabu, 29 April 2015

Dinasti Han (206 SM – 221M)

Liu Bang kemudian berhasil naik tahta dan mendirikan dinasti baru yang bernama Han (206 SM – 221 M). Ia bergelar Han Gaozu (206 – 195 SM). Para ahli membagi Dinasti Han ini menjadi dua, yakni Han Barat, yang beribu kota di Chang an dan Han Timur yang beribu kota di Luoyang. Dinasti Han ini sempat ter putus sejenak oleh kudeta dari Wang Mang, dimana ia mendirikan Dinasti Xin (9 – 25) yang berumur singkat. Tetapi kemudian Kaisar Han Guangwu (25 – 57) yang juga terkenal dengan sebutan Guang Wudi berhasil merestorasi kembali Dinasti Han. Oleh karena itu Dinasti Han sebelum pemberontakan Wang Mang disebut dengan Dinasti Han Barat dan Dinasti Han sesudahnya disebut dengan Han Timur.

Dinasti Han ini cukup terkenal dalam sejarah Tiongkok karena beberapa penemuan pentingnya. Kertas sebagai contoh ditemukan pada tahun 105 M oleh seorang sarjana yang bernama Cai Lun saat pemerintahan Kaisar Han Hedi (88 – 106). Penemuan kertas yang berasal dari bambu ini benar-benar merombak secara total penulisan buku-buku serta mendorong kemajuan dalam dunia tulis-menulis. Sulit dibayangkan apabila di jaman modern ini kita belum mengenal kertas. Sebelum ditemukannya kertas, buku ditulis di atas lempengan bambu yang dikaitkan satu sama lain dengan tali. Jika kita masih menggunakan buku semacam itu, dapat dibayangkan betapa beratnya sejilid kamus misalnya. Penemuan kertas ini pada gilirannya mendorong kemajuan ilmu pengetahuan dunia.

Pada masa pemerintahan Kaisar Han Wudi (141 – 87 SM) terjadilah hubungan antara Barat dan Timur yang dikenal dengan nama jalur sutera. Hubungan ini berawal mula dari ekspedisi yang dipimpin Zhang Qian, utusan Han Wudi, guna menjalin hubungan persekutuan dengan negara-negara lainnya untuk bersama-sama menghadapi serangan bangsa barbar (Xiongnu). Meskipun Zhang Qian gagal dalam tugas utamanya, ia telah mengadakan perjalanan selama 12 tahun hingga mencapai Baktria dan Ferghana (Turkestan modern), dan ia kembali dengan berbagai informasi berharga mengenai negeri-negeri di Asia Tengah serta sedikit informasi mengenai Kerajaan Romawi. Pada tahun 104, 102, dan 42 SM, tentara Tiongkok melintasi Pegunungan Pamir, mencapai Ferghana serta bekas Kerajaan Yunani Sogdiana, di mana mereka mengalahkan pasukan Xiongnu serta Romawi. Setelah melintasi gurun pasir serta beberapa gunung-gunung tertinggi dunia, pasukan Wudi telah mencapai tempat-tempat sejauh 3000 km dari ibu kota mereka. Prestasi ini melampaui jarak maksimal yang telah ditempuh oleh pasukan Romawi. Ekspansi ini telah membukan jalur perdagangan antara Barat dan Timur. Jalan raya sepanjang Jalur Sutera menjadi ramai dan ibu kota Dinasti Han dipenuhi oleh para pedagang Barat beserta barang-barang mewah yang berasal dari sana.

Penemuan penting dalam bidang teknologi lainnya adalah seismograf oleh Zhang Heng (78 – 139 M) yang dapat menghitung kekuatan gempa beserta arah asalnya. Peristiwa penting lainnya pada masa Dinasti Han adalah masuknya Agama Buddha ke Tiongkok.

Berdasarkan catatan sejarah “San Guo Zhi , Wei Shu ,dan Dong Yi Zhuan.” Ini terjadi pada masa kekuasaan kaisar dinasti Han Barat yaitu Aidi (1 SM – 6 M) atau tepatnya tepatnya tahun 2 M. Pada saat itu pejabat Jing Lu menerima duta dari suku Da Yue yang menyerahkan kitab Fu Tu (Fu Tu adalah sebutan untuk Buddha pada jaman dahulu , sekarang yang disebut Fo Tuo). Suku Da Yue ini sebenarnya mendiami daerah Dun Huang , pegunungan Ji Lian Shan. Kira-kira abad ke-2 SM , suku ini dikalahkan oleh suku Xiong Nu. Dan pindah ke daerah barat. Dan pada abad ke-1 SM mendirikan kerajaan bernama Gui Xuang. Daerah tempat mereka tinggal itu merupakan daerah dimana Buddhisme bertumbuh subur. Para bhiksu pertama adalah Gobharana (Ni Mopeng) dan Kasyappa Matanga (Zhu Falan) yang diundang oleh kaisar Han Mingdi (57 – 75) melalui utusan kerajaan Han yaitu Qin Jing dan Cai Yin, yang bertemu dengan mereka di daerah suku Da Yue. Pada tahun 68 M, mereka tiba di Luo Yang dan tinggal di vihara Baimasi (Vihara Kuda Putih) serta menterjemahkan Sutra Empat Puluh Dua Bagian. Sutra ini adalah kitab pertama yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Mandarin.

Pada masa akhir hayatnya, Dinasti Han diperintah oleh kaisar-kaisar lemah yang hanya memerintah secara singkat. Kekuasaan jatuh ke dalam kekuasaan klan-klan tertentu dan para kasim. Pemberontakan

di daerah-daerah pun pecah, antara lain yang terbesar adalah Pemberontakan Topi Kuning (Huang Qin), yang dipimpin oleh tiga bersaudara Zhang. Dinasti Han benar-benar dilemahkan oleh pemberontakan ini. Pada akhirnya klan Cao berhasil merebut kekuasaan dari tangan Dinasti Han dan mendirikan Kerajaan Wei (220-264), dimana Cao Pi mengkudeta kaisar Han terakhir yang bernama Han Xiandi (189-220). Tindakan kudeta ini membuat Liu Bei, salah seorang keturunan Dinasti Han, merasa perlu untuk meneruskan keberlangsungan Dinasti Han dan ia juga mengangkat dirinya sebagai kaisar di negeri Shu (Sichuan sekarang) dengan gelar Han Congwang (221-223). Xuande adalah nama lainnya, maka dia juga disebut Liu Xuande. Kerajaannya tetap bernama Shu (221-263), Shu-Han adalah nama yang disebut oleh para ahli sejarah untuk membedakan masa Liu Bei sebelum menjadi raja dan sesudahnya. Sun Quan, seorang jenderal juga mengangkat dirinya sebagai kaisar dan bergelar Wudi (232-252). Kerajaannya dinamakan Wu (222-280). Karena terpecahnya Dinasti Han menjadi tiga negara ini, maka jaman ini dinamakan Jaman Tiga Negara (San Guo), yang dipenuhi oleh peperangan untuk memperebutkan kekuasaan tertinggi.

Tetapi sayangnya tidak satupun dari ketiga negara ini yang berhasil mempersatukan Tiongkok kembali, malahan pada tahun 264 M, Kerajaan Wei terjatuh ke tangan salah seorang menterinya yang bernama Sima Yan. Ia merebut kekuasaan dari Kaisar Wei terakhir yang bergelar Yuandi (260-264), mendirikan Dinasti Jin serta mengangkat dirinya sebagai kaisar dengan gelar Wudi (265-289). Pada gilirannya Sima Yan juga menaklukkan kedua kerajaan lainnya dan mempersatukan Tiongkok kembali. Kaisar Jin Wudi merupakan seorang pecinta ilmu pengetahuan. Ia membangun sebuah perpustakaan di Luoyang yang berisikan lebih dari 30.000 jilid buku.

Penemuan penting pada masa ini adalah diciptakan peta yang menggunakan sistim pembagian berrdasarkan garis lintang dan bujur oleh Pei Xiu, dimana pada petanya itu dipergunakan skala perbandingan 1 inchi untuk 125 mil. Peta semacam ini merupakan yang pertama kalinya di dunia, jauh sebelum Bangsa Barat menerapkan metode yang sama dalam peta-peta mereka.

Setelah Dinasti Jin runtuh selama beberapa ratus tahun, Tiongkok terpecah kembali menjadi banyak negara, dimana masa ini merupakan periode yang kacau. Para sejarawan menyebut jaman ini dengan istilah Dinasti Utara-Selatan. Sebelum runtuh, Dinasti Jin pada tahun 317 sempat dipaksa melarikan diri ke selatan karena serangan suku bangsa barbar di utara dan kerajaan mereka di selatan untuk selanjutnya disebut dengan Jin Timur. Tiongkok utara dikuasai oleh banyak kerajaan kecil-kecil yang didirikan oleh suku-suku barbar. Sebagian besar dari mereka hanya berumur pendek karena saling berperang satu sama lainnya. Diantara kerajaan-kerajaan di utara tersebut yang paling sanggup bertahan lama dan terkuat adalah Wei Utara (386-534). Karena terbagi menjadi dua ini, yakni kerajaan-kerajaan Tiongkok Utara dan Selatan, maka inilah yang menyebabkan jaman ini disebut jaman Dinasti Utara-Selatan oleh para sejarawan.

Ilmuwan terkenal pada masa ini adalah Zu Chongzhi (429-500). Ia berasal dari Dinasti Selatan dan berhasil menghitung dengan cukup akurat nilai bilangan ƒà, yakni di antara 3,1415926 dan 3,1415927. Penentuan nilai bilangan ƒà ini adalah sesuatu yang luar biasa, mengingat Bangsa Barat baru menemukannya ratusan tahun kemudian Prestasi lain yang dilakukannya adalah membuat penanggalan serta meramalkan akan terjadinya gerhana bulan pada tanggal 15 September 459.(Sumber :  perfect_harmony200)

Pengabdian sang Abdi Dalem Keraton (Yogyakarta)

Sebelumnya perlu diketahui Abdi Dalem merupakan orang yang mengabdikan dirinya kepada keraton dan raja dengan segala aturan yang ada. Abdi dalem berasal dari kata "abdi" yang merupakan kata dasar dari mengabdi dan “dalem” yang artinya internal. Abdi dalem sendiri terbagi menjadi dua, yakni Abdi Dalem Kaprajan dan Abdi Dalem Punakawan. Abdi Dalem Kaprajan memiliki derajat atau kasta lebih tinggi dibanding Punakawan. Jumlah Abdi Dalem Kaprajan juga tidak begitu banyak dengan Abdi Dalem Punakawan yang mencapai ratusan. Secara tugas mereka tetap sama-sama mengabdi kepada pihak keraton.

Para Abdi Dalem Keraton 2001
Hal yang membuat terkesan adalah pengabdian mereka, mereka mengabdi kepada keraton dengan tulus dan iklhas. Tidak mementingkan gaji maupun bonus-bonus. Kami pernah membaca buku, di buku tersebut tertera kalimat yang berkata “Sampai akhir hayat, saya ingin mengabdikan diri dengan keraton. Meski saya hanya mendapat gaji dari Rp7.000 hingga Rp15.000/per bulan, namun saya tetap bangga jadi Abdi Dalem”. Dari kalimat tersebut dapat diartikan bahwa menjadi Abdi Dalem adalah perwujudan suatu kebanggaan. Karena tidak semua orang yang bisa menjadi seorang Abdi Dalem.

Kami menangkap sebuah pelajaran dalam set film ini. Kita ibaratkan manusia itu adalah Abdi Dalem, sedangkan Sultan bisa kita ibaratkan sebagai Tuhan. Marilah kita renungkan, apakah diri kita sudah memberikan yang terbaik untuk Tuhan ? Belum tentu, harus saya akui manusia di dunia ini semuanya berdosa termasuk saya. Lalu, mari kita ibaratkan lagi apabila Sultan itu adalah keluarga kita maupun lingkungan sosial kita. Apakah kita sudah memberikan segala sesuatu yang terbaik sebagai bentuk wujud kasih kita kepada keluarga dan lingkungan kita ? Tanpa imbalan sedikit pun ?


              Dari adegan ini saya belajar, meskipun kita tidak jauh dari dosa dan benci, marilah kita belajar untuk menerima dan bangkit kembali. Untuk menjadi yang terbaik bukan berarti menyimpan dendam dan membenci, tapi belajar untuk memberi kasih tanpa menuntut, meskipun itu berarti kita harus memberi kasih kepada musuh maupun kepada orang-orang yang telah kita lukai.